Klaten- Sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menjadi klaster penyebaran virus Corona atau COVID-19. Di ponpes yang ada di Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper itu terdapat
– Pondok Pesantren Ponpes Al Manshur Popongan di Desa Tegalgondo, Wonosari, Klaten, telah melahirkan beberapa kiai besar. Santrinya kini mencapai seribu lebih. Meski dari usia sudah lebih dari seabad, namun eksistensinya masih diakui. Memasuki Dusun Popongan dengan mudah menjumpai para santri yang sedang berjalan kali maupun mengendari sepeda motor. Itu bisa dikenali dari santri laki-laki yang mengenakan sarung di daerah tersebut. Ada juga yang mengenakan seragam sekolah dilengkapi peci dan hijab tampak lalu lalang menyusuri jalan kampung. Di tengah kampung terdapat Masjid Al Manshur Popongan. Masjid tersebut sering kali digunakan para santri untuk menuaikan salat. Termasuk berbagai kegiatan lainnya karena lokasinya yang tak jauh dari pemondokan Ponpes Al Manshur Popongan. Ada satu lagi Masjid Popongan didirikan pada 1926 oleh KH Muhammad Manshur. Sebelum keberadaan masjid ini, telah lebih dulu berdiri ponpes pada 1918. Awalnya lembaga pendidikan Islam tradisional itu hanya bernama Ponpes Popongan saja. Berdirinya ponpes itu pun tidak bisa dilepaskan dari berkembangnya Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah yang berkembang di kampung tersebut. Mengingat orang tua dari Kiai Manshur, yakni Muhammad Abdul Hadi Girikusumo, seorang mursyid dari tarekat tersebut di Demak. Kiai Manshur belajar agama Islam kepada orang tuanya sendiri. Ketika remaja nyantri di Ponpes Jamsaren Surakarta yang diasuh oleh Kiai Idris. Sedangkan kedatangan dia ke Dusun Popongan ketika Kiai Manshur saat muda diambil menantu oleh petani kaya bernama Haji Fadlil. Kiai Manshur dinikahkan dengan Nyai Maryam Nyai Kamilah pada 1918. Karena merupakan alumni ponpes dia diminta Haji Fadlil mengajarkan agama Islam di Popongan. Pembangunan ponpes pun dilakukan secara swasembada dan gotong-royong. Batu pondasi diperoleh para santri dari Sungai Jebol yang terletak di sebelah selatan Dusun Popongan. Ada pun pasir diambil dari Sungai Tegalgondo yang berada di sisi utara dari kampung tersebut. Sebagai tokoh kaya saat itu, Haji Fadlil banyak menyumbangkan kartanya untuk pendirian ponpes tersebut. “Setahu saya pemondokan dibangun pertama kali pada 1918. Saat itu hanya terdapat enam kamar saja. Kini masih menyisakan tiga kamar yang masih berdiri kokoh. Saya melihat tertulis 1918 di pintu asrama sebelum akhirnya digempur,” ujar salah seorang keluarga pengasuh Ponpes Al Manshur Moh. Ardani saat ditemui Jawa Pos Radar Solo beberapa waktu lalu. Bangunan Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah yang dahulunya masih dalam satu kawasan dengan Ponpes Al Manshur Popongan. Pria yang akrab dipanggil Gus Ardani ini mengungkapkan, dari 1918 sampai saat ini dia belum menemukan refrensi terkait pergerakan yang dilakukan Ponpes Al Manshur Popongan. Termasuk momen penting lainnya pada masa itu. Hingga akhirnya Kiai Manshur wafat pada 1955. Seiring berjalannya waktu pengurusan terhadap ponpes dan tarekat di Popongan dilakukan secara turun temurun. Hingga akhirnya pada 1981 dibentuklah yayasan sekaligus menandai nama Ponpes Popongan menjadi Ponpes Al Manshur Popongan. Termasuk mengembangkan sekolah pendidikan formal di bawah yayasan yang dibentuk yakni madrasah aliyah MA, madrasah tsanawiyah MTs dan raulatul athfal RA. “Selama perjalanannya, ponpes mengalami kurang aktif. Antara ponpes dan madrasah berjalan sendiri-sendiri. Hingga akhirnya pada 2014 terdapat pembaruan yayasan sampai sekarang,” tambahnya. Lalu lalang para santri di Dusun Popongan, Desa Teglgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten. Dia menyebut jumlah santri di Ponpes Al Manshur Popongan terus bertambah. Saat ini santri putra sebanyak 360 orang dan putri lebih dari 700 orang. Ditambah para santri yang kuliah maupun alumni menjadi pengurus di ponpes tersebut. Mereka berasal dari Palembang, Lampung, Kalimantan, Jakarta serta daerah Solo dan sekitarnya. Ponpes Al Manshur Popongan telah melahirkan ulama ternama seperti Arwani Amin Said Mbah Arwani Kudus, Kiai Abdul Manan dan Kiai Ahmad Mustofa. Sebagai salah satu ponpes tertua tetap mengikuti perkembangan sesuai tuntutan zaman melalui pendidikan formal seperti MA, MTs dan RA yang saat ini berjalan. “Di luar pendidikan formal, kami ada kegiatan balai latihan kerja BLK dari Kementerian Tenaga Kerja Kemenaker. Termasuk Bank Wakaf Mikro BWM binaan dari Otoritas Jasa Keuangan OJK. Memberikan peminjaman maksimal Rp 3 juta tanpa bunga dan jaminan bagi masyarakat sekitar ponpes yang memiliki usaha,” ucapnya. Lurah Asrama Putra Ponpes Al Manshur Popongan, Ibnu Fajar Sidiq menambahkan, saat ini ponpes tengah merintis usaha ikan lele dengan memanfaatkan tiga kolam dari terpal berisikan bibit sebanyak ekor. Harapannya bisa menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan para santri. “Selain itu masih ada ekstrakulikuler seperti hadroh, sepakbola, kaligrafi dan silat. Mereka yang menyantri ke Ponpes Al Manshur Popongan dari yang saya pahami karena sebagai pondok yang lawas juga kharismatik,” ucapnya. Para santri juga tidak ketinggalan dengan teknologi informasi dan komunikasi TIK terkini. Salah satunya melalui pengelolaan media sosial yang dimiliki ponpes. Tetapi dengan tetap memperhatikan aturan dari ponpes. “Kami tidak meninggalkan ajaran-ajaran lama. Kami juga tidak ketinggalan perkembangan teknologi yang terbaru. Kami rutin lakukan khataman quran dan selalu salat berjamaah sebagai ciri khas santri Ponpes Al Manshur Popongan,” ujarnya. angga purenda/bun Pondok Pesantren Al Manshur Popongan Sejarah Didirikan pada 1918 oleh Kiai Muhammad Manshur Berlokasi di Dusun Popongan, Desa Tegalgondo, Wonosari, Klaten Awalnya hanya ada enam kamar untuk pemondokan santri, kini masih tersisa tiga kamar berusia lebih dari seabad. Pada 1955 Kiai Manshur wafat Pada1981 dibentuk yayasan sekaligus menandai nama Ponpes Popongan menjadi Ponpes Al Manshur Popongan. Didirikan sekolah formal mulai dari RA, MTs dan MA Hingga kini terdapat 360 santri putra dan 700 santri putri. Ulama ternama dari santri Ponpes Al Manshur di antaranya KH M Arwani Amin Said Mbah Arwani Kudus, Kiai Abdul Manan dan Kiai Ahmad Mustofa. Saat ini diasuh KH Nashrun Minallah Pengembangan Pendirikan balai latihan kerja BLK dari Kemenaker Bank Wakaf Mikro BWM binaan dari Otoritas Jasa Keuangan OJK Pengelolaan kolam ikan lele Ekstrakulikuler hadroh, sepakbola, kaligrafi dan silat – Pondok Pesantren Ponpes Al Manshur Popongan di Desa Tegalgondo, Wonosari, Klaten, telah melahirkan beberapa kiai besar. Santrinya kini mencapai seribu lebih. Meski dari usia sudah lebih dari seabad, namun eksistensinya masih diakui. Memasuki Dusun Popongan dengan mudah menjumpai para santri yang sedang berjalan kali maupun mengendari sepeda motor. Itu bisa dikenali dari santri laki-laki yang mengenakan sarung di daerah tersebut. Ada juga yang mengenakan seragam sekolah dilengkapi peci dan hijab tampak lalu lalang menyusuri jalan kampung. Di tengah kampung terdapat Masjid Al Manshur Popongan. Masjid tersebut sering kali digunakan para santri untuk menuaikan salat. Termasuk berbagai kegiatan lainnya karena lokasinya yang tak jauh dari pemondokan Ponpes Al Manshur Popongan. Ada satu lagi Masjid Popongan didirikan pada 1926 oleh KH Muhammad Manshur. Sebelum keberadaan masjid ini, telah lebih dulu berdiri ponpes pada 1918. Awalnya lembaga pendidikan Islam tradisional itu hanya bernama Ponpes Popongan saja. Berdirinya ponpes itu pun tidak bisa dilepaskan dari berkembangnya Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah yang berkembang di kampung tersebut. Mengingat orang tua dari Kiai Manshur, yakni Muhammad Abdul Hadi Girikusumo, seorang mursyid dari tarekat tersebut di Demak. Kiai Manshur belajar agama Islam kepada orang tuanya sendiri. Ketika remaja nyantri di Ponpes Jamsaren Surakarta yang diasuh oleh Kiai Idris. Sedangkan kedatangan dia ke Dusun Popongan ketika Kiai Manshur saat muda diambil menantu oleh petani kaya bernama Haji Fadlil. Kiai Manshur dinikahkan dengan Nyai Maryam Nyai Kamilah pada 1918. Karena merupakan alumni ponpes dia diminta Haji Fadlil mengajarkan agama Islam di Popongan. Pembangunan ponpes pun dilakukan secara swasembada dan gotong-royong. Batu pondasi diperoleh para santri dari Sungai Jebol yang terletak di sebelah selatan Dusun Popongan. Ada pun pasir diambil dari Sungai Tegalgondo yang berada di sisi utara dari kampung tersebut. Sebagai tokoh kaya saat itu, Haji Fadlil banyak menyumbangkan kartanya untuk pendirian ponpes tersebut. “Setahu saya pemondokan dibangun pertama kali pada 1918. Saat itu hanya terdapat enam kamar saja. Kini masih menyisakan tiga kamar yang masih berdiri kokoh. Saya melihat tertulis 1918 di pintu asrama sebelum akhirnya digempur,” ujar salah seorang keluarga pengasuh Ponpes Al Manshur Moh. Ardani saat ditemui Jawa Pos Radar Solo beberapa waktu lalu. Bangunan Tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah yang dahulunya masih dalam satu kawasan dengan Ponpes Al Manshur Popongan. Pria yang akrab dipanggil Gus Ardani ini mengungkapkan, dari 1918 sampai saat ini dia belum menemukan refrensi terkait pergerakan yang dilakukan Ponpes Al Manshur Popongan. Termasuk momen penting lainnya pada masa itu. Hingga akhirnya Kiai Manshur wafat pada 1955. Seiring berjalannya waktu pengurusan terhadap ponpes dan tarekat di Popongan dilakukan secara turun temurun. Hingga akhirnya pada 1981 dibentuklah yayasan sekaligus menandai nama Ponpes Popongan menjadi Ponpes Al Manshur Popongan. Termasuk mengembangkan sekolah pendidikan formal di bawah yayasan yang dibentuk yakni madrasah aliyah MA, madrasah tsanawiyah MTs dan raulatul athfal RA. “Selama perjalanannya, ponpes mengalami kurang aktif. Antara ponpes dan madrasah berjalan sendiri-sendiri. Hingga akhirnya pada 2014 terdapat pembaruan yayasan sampai sekarang,” tambahnya. Lalu lalang para santri di Dusun Popongan, Desa Teglgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten. Dia menyebut jumlah santri di Ponpes Al Manshur Popongan terus bertambah. Saat ini santri putra sebanyak 360 orang dan putri lebih dari 700 orang. Ditambah para santri yang kuliah maupun alumni menjadi pengurus di ponpes tersebut. Mereka berasal dari Palembang, Lampung, Kalimantan, Jakarta serta daerah Solo dan sekitarnya. Ponpes Al Manshur Popongan telah melahirkan ulama ternama seperti Arwani Amin Said Mbah Arwani Kudus, Kiai Abdul Manan dan Kiai Ahmad Mustofa. Sebagai salah satu ponpes tertua tetap mengikuti perkembangan sesuai tuntutan zaman melalui pendidikan formal seperti MA, MTs dan RA yang saat ini berjalan. “Di luar pendidikan formal, kami ada kegiatan balai latihan kerja BLK dari Kementerian Tenaga Kerja Kemenaker. Termasuk Bank Wakaf Mikro BWM binaan dari Otoritas Jasa Keuangan OJK. Memberikan peminjaman maksimal Rp 3 juta tanpa bunga dan jaminan bagi masyarakat sekitar ponpes yang memiliki usaha,” ucapnya. Lurah Asrama Putra Ponpes Al Manshur Popongan, Ibnu Fajar Sidiq menambahkan, saat ini ponpes tengah merintis usaha ikan lele dengan memanfaatkan tiga kolam dari terpal berisikan bibit sebanyak ekor. Harapannya bisa menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan para santri. “Selain itu masih ada ekstrakulikuler seperti hadroh, sepakbola, kaligrafi dan silat. Mereka yang menyantri ke Ponpes Al Manshur Popongan dari yang saya pahami karena sebagai pondok yang lawas juga kharismatik,” ucapnya. Para santri juga tidak ketinggalan dengan teknologi informasi dan komunikasi TIK terkini. Salah satunya melalui pengelolaan media sosial yang dimiliki ponpes. Tetapi dengan tetap memperhatikan aturan dari ponpes. “Kami tidak meninggalkan ajaran-ajaran lama. Kami juga tidak ketinggalan perkembangan teknologi yang terbaru. Kami rutin lakukan khataman quran dan selalu salat berjamaah sebagai ciri khas santri Ponpes Al Manshur Popongan,” ujarnya. angga purenda/bun Pondok Pesantren Al Manshur Popongan Sejarah Didirikan pada 1918 oleh Kiai Muhammad Manshur Berlokasi di Dusun Popongan, Desa Tegalgondo, Wonosari, Klaten Awalnya hanya ada enam kamar untuk pemondokan santri, kini masih tersisa tiga kamar berusia lebih dari seabad. Pada 1955 Kiai Manshur wafat Pada1981 dibentuk yayasan sekaligus menandai nama Ponpes Popongan menjadi Ponpes Al Manshur Popongan. Didirikan sekolah formal mulai dari RA, MTs dan MA Hingga kini terdapat 360 santri putra dan 700 santri putri. Ulama ternama dari santri Ponpes Al Manshur di antaranya KH M Arwani Amin Said Mbah Arwani Kudus, Kiai Abdul Manan dan Kiai Ahmad Mustofa. Saat ini diasuh KH Nashrun Minallah Pengembangan Pendirikan balai latihan kerja BLK dari Kemenaker Bank Wakaf Mikro BWM binaan dari Otoritas Jasa Keuangan OJK Pengelolaan kolam ikan lele Ekstrakulikuler hadroh, sepakbola, kaligrafi dan silat
RumahTahfidz Tunarungu Darul A'Shom ini awalnya berada di Kabupaten Bantul. Setelah itu 2,5 bulan yang lalu pindah ke Dusun Kayen, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Ponpes ini para tunarungu belajar tahfiz Al Quran. Diceritakanya, didirikanya Rumah Tahfidz Tunarungu Darul A'Shom berawal dari keprihatinan yang dirasakanPesantren MBS Klaten atau Pondok Pesantren Muhammadiyah merupakan salah lembaga pendidikan yang kini santrinya berasal dari berbagai kota di Indonesia, sabang sampai merauke. Animo masyarakat tinggi. Oleh sebab itu kami rangkumkan profil Pesantren MBS Klaten, sistem pendidikan, program unggulan, hingga biaya masuk santri baru. Seluruh informasi kami dapatkan dari brosur resmi pondok. Pesantren MBS KlatenPendidikan di Pesantren MBS KlatenPembiasaan Ibadah Santri MuhammadiyahPrestasi Santri Muhammadiyah KlatenIntrakulikuler Santri MBS KlatenPendaftaran dan Biaya MasukAlamat MBS Klaten Pondok yang dimudiri oleh KH. M. Fakhruddin Sasmita, Lc memiliki ciri khas tersendiri. Yakni pondok dengan program 3 T tahfidz, tafhim, dan ta’lil al qur’an. Secara identitas, pondok muhammadiyah ini termasuk pondok modern. Yang mana sistem pendidikannya tidak hanya berorientasi pada pendidikan agama melalui kitab kuning saja, melainkan juga dibekali dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi informatika TIK. Apalagi pihak pondok mewajibkan para santrinya untuk menggunakan bahasa arab – inggris sebagai bahasa pengantar sehari – hari. Wah, kerennya. Pendidikan di Pesantren MBS Klaten Di Pesantren MBS Klaten kurikulum yang digunakan adalah khas pesantren yang dikolaborasikan dengan kurikulum kementrian agama yang berbasis pada K-13. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, pondok ini memiliki program 3 T. Yang berfokus pada kurikulum Al Qur’an, seperti tahfim Al Qur’an, tafsir, tajwid, ulum Qur’an, bulughul maram, minhaj muslim, dan lain sebagainya. Para santrinya minimal memiliki 5 juz hafalan Al Qur’an. Menurut kami ini target yang realistis. Dan ini menjadi kelebihan yang dimiliki Pesantren MBS Klaten. Selain itu santri juga dibekali dengan beberapa skill yang wajib dimiliki oleh muslim. Sebut saja perawatan jenazah, wufud dakwah, manasik haji, hingga amaliyah tadris. Pembiasaan Ibadah Santri Muhammadiyah Program pembiasaan ibadah ini melatih santri untuk rutin mendirikan sholat wajib 5 waktu berjamaah, membaca Al Qur’an bersama-sama dan mandiri, serta menghafalnya. Santri juga dibiasakan sholat sunnah rawatib, dhuha, witir juga tahajjud, puasa sunnah, membaca buku di mana saja kapan saja, dan selalu bersedakah melalui program pondok MBS Bakti Sosial baksos. Prestasi Santri Muhammadiyah Klaten Prestasi santri – santriwati MBS Klaten patut diacungi jempol. Karena hingga kini, sekitar 210 prestasi telah berhasil diraih baik dalam kejuaraan internasional, nasional, provinsi, karsidenan, hingga tingkat kabupaten. Beberapa di antaranya juara tahfidz qur’an, adzan, kaligrafi, fahmil qur’an, olimpiade qur’an, student archery championship, hadist arba’in, da’i, stand up comedy, robotika, CCA, dan masih banyak lagi. Kegiatan di Pesantren Muhammadiyah Klaten Santri MBS bangun sejak pukul pagi untuk melaksanakan sholat tahajjud, sholat subuh, tahfidz qur’an dan lanjut olahraga. Kemudian setelah MCK, sarapan, dan dzikir pagi, para santri MBS masuk kelas pagi sampai pukul diselingi sholat dzuhur dan makan siang. Setelah pulang sekolah siang, santri mendapatkan waktu istirahat siang yang bisa digunakan untuk qailullah lalu sholat ashar. Di waktu sore, ada kegiatan intrakulikuler untuk mendukung minat dan bakat tiap santri. Sedangkan di waktu malam setelah tadurus dan tahfidz / atau kadang mendengar tausyiah ustdaz, kegiatan santri diisi dengan belajar malam dan ta’limul lughoh belajar bahasa kemudian istirahat malam. Intrakulikuler Santri MBS Klaten Adapun kegiatan intrakulikuler santri MBS cukup beragam. Santri bebas memilih kegiatan mana yang disukai olehnya. Mulai dari renang, berkuda, memanah, futsal, senam, kemah, kajian makalah ilmiah, kaligrafi, tapak suci, keorganisasian, qiroatul kutub, dan lain sebagainya. Ini yang membuat santri Pesantren Muhammadiyah Klaten betah. Pendaftaran dan Biaya Masuk Pesantren MBS Klaten membuka pendaftaran santri baru mulai Oktober hingga Februari 2022. Prosedurnya pun mudah, calon santri bisa mendaftar baik secara online melalui website ataupun offline datang langsung ke pondok. Perlu diingat bahwa pondok hanya membuka pendaftaran santri baru dalam 1 gelombang saja setiap tahunnya, jadi harus segera mendaftar sebelum kehabisan kuota. Nantinya calon santri baru akan diseleksi melalui 3 tahap ujian, yakni ujian tertulis tajwid, matematika, bahasa inggris, bahasa arab khusus SMA, wawancara, dan ujian lisan baca al qur’an. Jadi harus dipersiapkan dengan baik. Sedangkan untuk biaya masuk Pesantren MBS Klaten sekitar juta untuk santri MTs dan juta untuk santri MA, dengan SPP syahriah / bulanannya sekitar Rp. ribu. Biaya masuk santri baru sudah mencakup infaq pembangunan, seragam resmi, kitab pelajaran, KTA, ujian santri, kalender, pelantikan manasik haji, outbound, MBS baksos, uang kegiatan intrakulikuler santri, dan jas almamater untuk MA. Menurut kami biaya ini tergolong cukup lumayan untuk wilayah Jawa Tengah. Bisa disurvey pesantren lain di Jawa Tengah di link ini. Kami sudah sajikan informasi biaya dan keunggulan masing-masing. Alamat MBS Klaten MBS Klaten berlokasi di Jl. Sersan Sadikin No. 1 Klaten Utara, Klaten Komplek Masjid An-Nur MBS Klaten, barat GOR Gelarsena Klaten, Barat Masjid Al Aqsa Klaten. Informasi lebih lanjut bisa telepon ke nomor +62 813 2931 5539 website resmi klik di sini. Semoga bermanfaat. Post Views. 420 54 276 165 45 258 326 283